Kuliah Lapangan Pendidikan Mitigasi Bencana

Salah satu visi Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UMS adalah pendidikan geografi yang berwawasan mitigasi bencana. Wujud dari implementasi visi tersebut adalah berupa mata kuliah kebencanaan yang harus ditempuh mahasiswa dalam menempuh studi di Pendidikan Geografi UMS. Mata kuliah Pendidikan Mitigasi Bencana merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam edukasi mitigasi bencana.

Pada tanggal 19 November 2017, mahasiswa yang mengambil mata kuliah Pendidikan Mitigasi Bencana melakukan kuliah lapangan di Desa Tegalmulyo Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten dengan arahan dosen Pendidikan Mitigasi Bencana Bapak Nur Tjahyono Suharto, M.Eng. Kegiatan kuliah lapangan tersebut merupakan kerjasama antara Pendidikan Geografi FKIP UMS, BPBD Klaten, dan Pemerintah Desa Tegalmulyo.

Minggu pagi, 19 November 2017, mahasiswa berkumpul pukul 05.30 di Kampus 1 UMS untuk bersama-sama melakukan perjalanan ke BPBD Klaten. Pukul 07.00 mahasiswa dan dosen Pendidikan Geografi FKIP UMS sudah berkumpul di Kantor BPBD Klaten untuk melaksanakan technical meeting tentang pelaksanaan kuliah lapangan di Desa Tegalmulyo. Perjalanan dari Kantor BPBD Klaten ke Desa Tegalmulyo membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dengan menaiki truk yang sudah disediakan oleh BPBD Klaten.

Truk yang membawa rombongan mahasiswa tiba di Kantor Desa Tegalmulyo pada pukul 09.00. Rombongan mahasiswa dan dosen disambut hangat oleh warga dan komunitas relawan Pasag Merapi, komunitas yang senantiasa mendampingi warga sekitar lereng Gunung Merapi jika sewaktu-waktu terjadi peningkatan aktivitas vulkanik. Pak Subur, ketua komunitas Pasag Merapi di Desa Tegalmulyo memandu rombongan mahasiswa dan dosen untuk menuju Dusun Girpasang Desa Tegalmulyo, Dusun tersebut merupakan dusun paling terisolasi di Kabupaten Klaten karena akses ke dusun tersebut hanya dapat dijangkau dengan berjalan kaki. Warga dusun tersebut harus turun menuju lembah kemudian menaiki bukit agar sampai di rumah mereka. Akses yang sangat terbatas tersebut menyebabkan warga dusun memiliki kerentanan bencana yang tinggi mengingat Dusun Girpasang adalah dusun tertinggi di Desa Tegalmulyo.

Rombongan mahasiswa dan dosen yang dipandu oleh komunitas relawan Pasag Merapi dapat mencapai Dusun Girpasang dengan berjalan kaki sekitar satu jam dengan melewati lebih dari seribu anak tangga yang menuruni lembah dan menaiki bukit. Penduduk Dusun Girpasang sangat ramah dan menerima rombongan mahasiswa dan dosen dengan sangat baik. Keramahan dan kehangatan khas penduduk perdesaan sangat terasa di Dusun Girpasang. Pak Subur menceritakan berbagai hal tentang seluk beluk warga Dusun Girpasang dengan rinci dan menarik termasuk ketika terjadi erupsi besar Gunung Merapi pada 2010. Pak Subur menceritakan bagaimana kehidupan dan kearifan lokal warga setempat dalam beradaptasi dengan bencana. “Hidup nyaman bersama bencana” adalah istilah yang paling tepat untuk menggambarkan kehidupan warga Dusun Girpasang. Mahasiswa dan dosen belajar sangat banyak mengenai kearifan lokal dalam praktik pendidikan mitigasi bencana. Kegiatan kuliah lapangan selain menambah wawasan mahasiswa juga memberi makna tersendiri bagi mahasiswa dalam memahami makna pendidikan mitigasi bencana.