Berdasarkan hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2018 Indonesia berada pada peringkat 74 dari 79 negara. Survei tersebut mengukur literasi siswa dari negara-negara OECD termasuk Indonesia. Survei tersebut mencerminkan kemampuan literasi dari negara-negara OECD tersebut. Salah satu jenis literasi adalah literasi spasial. Literasi spasial adalah kemampuan seseorang untuk melihat segala sesuatu berdasarkan persepektif ruang. Ruang di permukaan bumi direpresentasikan dalam peta. Literasi spasial menjadi penting untuk dipahami oleh setiap orang karena menyangkut keberadaan diri atau fenomena dalam suatu ruang. Kesadaran akan ruang sangat diperlukan untuk memahami segala fenomena yang ada di perlukaan bumi, misalkan kebencanaa, tata guna lahan, sumberdaya, lingkungan, sosial ekonomi dan lain sebagainya. Mahasiswa pendidikan geografi sebagai agen untuk membentuk literasi spasial yang unggul pada tingkat sekolah menengah perlu memiliki pemahaman yang tajam mengenai literasi spasial.
Menyadari akan pentingnya membangun literasi spasial pada dunia pendidikan, Badan Informasi Geospasial dan Program Studi Pendidikan Geografi bekerjasama menyelenggarakan Workshop “Geoliterasi untuk Negeri” yang terselenggara pada Hari Selasa, 26 November 2020 di Ruang Seminar lantai 7 Gedung Induk Siti Walidah Universitas Muhammadiyah Surakarta. Workshop tersebut mengambil tema “Geoliterasi untuk Meningkatkan Kecerdasan Spasial dan Kompetensi Teknis Pemetaan”. Workshop ini diikuti oleh mahasiswa Pendidikan Geografi semester 3, 5, dan 7. Workshop bertujuan untuk memberi pemahaman yang benar terkait dengan literasi spasial dan pentingnya keahlian pemetaan untuk meningkatkan literasi spasial dan juga sebagai alat untuk merepresentasikan tentang ruang.
Workshop dibagi menjadi dua sesi yaitu sesi pagi dan siang. Sesi pagi diisi oleh pemahaman mengenai geoliterasi oleh Drs. T Bachtiar, SE. Beliau merupakan pakar geografi dan penggiat geoliterasi. Beliau menyampaikan materi dengan judul “Geoliterasi untuk Meningkatkan Kecerdasan Spasial dan Kompetensi Teknik Pemetaan”. Sesi kedua diselenggarakan pada siang hari selepas sholat Dzuhur dengan instruktur dari BIG yaitu Amanah Anggun Prabandari, Satrio Jati Kinantyo Widhi, dan Fakhruddin Mustofa. Materi pada sesi kedua adalah Proses Pembuatan Peta, Aplikasi dan Pemanfaatan Peta Tematik, serta Peran Peta dan Atlas untuk Pendidikan.
Dengan terseenggaranya workshop ini diharapkan mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP UMS dapat memahami geoliterasi dengan benar dan sebagai calon pendidik memiliki semangat yang tinggi untuk memberi pemahaman tentang geoliterasi kepada siswa kelak jika mahasiswa sudah menjadi guru. Semoga para mahasiswa menjadi pelopor dalam berliterasi spasial di sekolah dan masyarakat umum. Aamiin.